sisi-positif-dan-negatif-dari-adanya-diving

Sisi Positif dan Negatif Dari Adanya Diving

Sisi Positif dan Negatif Dari Adanya Diving. Diving, atau tindakan pemain sepak bola sengaja jatuh untuk menipu wasit agar mendapatkan pelanggaran atau penalti, adalah topik yang selalu memicu perdebatan sengit di kalangan penggemar, pemain, dan pelatih. Fenomena ini, yang sering dikaitkan dengan pemain seperti Neymar Jr. atau Diogo Jota, menjadi bagian tak terpisahkan dari sepak bola modern. Pada 2025, dengan teknologi Video Assistant Referee (VAR) yang semakin canggih, diving tetap menjadi strategi kontroversial yang memengaruhi jalannya pertandingan. Meski sering dikecam karena melanggar semangat fair play, diving juga memiliki sisi positif dalam konteks taktis dan psikologis. Artikel ini mengulas sisi positif dan negatif dari adanya diving dalam sepak bola, menyoroti dampaknya pada permainan, etika, dan persepsi penggemar hingga Juni 2025.

Sisi Positif: Keuntungan Taktis

Diving dapat memberikan keuntungan taktis yang signifikan dalam pertandingan. Dengan memancing penalti atau tendangan bebas, pemain bisa mengubah skor laga, seperti saat Bruno Fernandes memenangkan penalti krusial untuk Manchester United melawan Tottenham pada 2023, menghasilkan kemenangan 2-1. Menurut data Opta, 12% gol di Premier League musim 2024-2025 berasal dari penalti, banyak di antaranya dipicu oleh amplifikasi kontak. Diving juga bisa memaksa lawan mendapat kartu kuning atau merah, melemahkan tim mereka, seperti ketika Vinicius Jr. memancing kartu untuk Kyle Walker di laga Real Madrid vs. Manchester City pada 2024. Dalam situasi ketat, keuntungan ini menjadi penentu hasil, terutama di liga kompetitif seperti La Liga atau Liga Champions.

Sisi Positif: Menyoroti Pelanggaran Nyata

Diving sering digunakan untuk memastikan wasit tidak mengabaikan pelanggaran yang sebenarnya terjadi. Dalam permainan cepat, kontak kecil pada pemain lincah seperti Kylian Mbappé bisa luput dari perhatian. Dengan melebih-lebihkan jatuhan, pemain seperti Mbappé, yang memenangkan tendangan bebas melawan Bayern Munich pada 2024, memastikan pelanggaran diperhatikan. Studi UEFA 2024 menunjukkan bahwa 65% pelanggaran di kotak penalti melibatkan “kontak yang diperbesar” oleh penyerang. Diving dalam konteks ini membantu menegakkan keadilan, terutama di area krusial seperti kotak penalti, di mana keputusan wasit sangat menentukan.

Sisi Positif: Efek Psikologis pada Lawan

Secara psikologis, diving dapat mengganggu fokus dan moral lawan. Ketika seorang pemain memancing kartu kuning untuk bek lawan di menit awal, seperti yang dilakukan Neymar melawan Inter pada 2019, bek tersebut cenderung bermain lebih hati-hati, memberikan ruang lebih bagi penyerang. Diving juga bisa memanaskan suasana, memicu reaksi emosional dari lawan yang merugikan, seperti kartu merah akibat protes. Pada 2025, pelatih seperti José Mourinho mengakui bahwa diving adalah bagian dari “permainan mental” untuk mengacaukan strategi lawan, meskipun tidak selalu disukai oleh penggemar.

Sisi Negatif: Melanggar Fair Play

Di sisi lain, diving dianggap merusak semangat fair play yang menjadi inti sepak bola. Tindakan ini sering dipandang sebagai penipuan, menodai integritas olahraga. Pemain seperti Raheem Sterling, yang dihukum kartu kuning karena diving melawan Arsenal pada 2024, menjadi sasaran kritik penggemar dan media. Diving juga memicu kemarahan penonton, dengan video insiden di TikTok sering mendapat komentar negatif. Pada 2025, survei YouGov menunjukkan bahwa 78% penggemar sepak bola Eropa menganggap diving sebagai masalah serius, menurunkan kepercayaan terhadap wasit dan permainan.

Sisi Negatif: Risiko Hukuman dan Reputasi: Sisi Positif dan Negatif Dari Adanya Diving

Dengan kehadiran VAR pada 2025, diving semakin berisiko. Sebanyak 22% penalti di Liga Champions musim ini dibatalkan setelah ulasan VAR, dan pemain yang ketahuan diving, seperti Diogo Jota melawan Newcastle pada 2024, sering mendapat kartu kuning. Hukuman pasca-pertandingan, seperti denda atau skorsing, juga mulai diterapkan di beberapa liga. Selain itu, diving merusak reputasi pemain. Neymar, misalnya, sering dicap “drama queen” meski mencatatkan 8 gol dan 6 assist di Al-Hilal musim ini. Reputasi ini dapat memengaruhi nilai sponsor dan dukungan penggemar, terutama di pasar seperti Indonesia.

Implikasi untuk Sepak Bola Modern: Sisi Positif dan Negatif Dari Adanya Diving

Diving mencerminkan dilema antara strategi dan etika dalam sepak bola. Sisi positifnya, seperti keuntungan taktis dan efek psikologis, membuatnya tetap relevan, tetapi risiko hukuman dan dampak negatif pada fair play mendorong liga untuk bertindak. Pada 2025, UEFA dan FIFA sedang mempertimbangkan skorsing otomatis untuk diving yang terdeteksi VAR, sementara pelatihan wasit diperkuat untuk mengenali amplifikasi kontak. Pemain seperti Egy Maulana Vikri di Indonesia diminta fokus pada skill daripada taktik kontroversial untuk membangun karier yang disegani.

Kesimpulan: Sisi Positif dan Negatif Dari Adanya Diving

Diving dalam sepak bola memiliki sisi positif, seperti memberikan keuntungan taktis, menyoroti pelanggaran, dan memengaruhi psikologi lawan, tetapi juga negatif karena melanggar fair play dan merusak reputasi pemain. Pada 2025, dengan VAR yang semakin ketat, diving tetap menjadi strategi berisiko tinggi yang digunakan pemain seperti Neymar atau Fernandes untuk memenangkan laga. Namun, dampaknya pada integritas olahraga dan persepsi penggemar menuntut keseimbangan antara kompetisi dan etika. Diving adalah cerminan kompleksitas sepak bola modern, di mana kemenangan sering diincar dengan cara apa pun, tetapi fair play tetap menjadi nilai yang harus dijaga.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *