Everton: Tidak Unggul Pemain, Tapi Masih Kalahkan MU! Malam penuh kejutan di Old Trafford saat Everton menang 1-0 atas Manchester United di pekan ke-12 Liga Utama Inggris musim 2025/26. Pada 24 November 2025, tim tamu justru unggul meski bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-13 akibat kartu merah absurd Idrissa Gueye yang menampar rekan setimnya, Michael Keane. Gol indah Kiernan Dewsbury-Hall di menit ke-29 jadi penentu, memanfaatkan kelengahan tuan rumah yang mendominasi penguasaan bola hingga 68 persen dan lepaskan 18 tembakan. Ini kemenangan pertama David Moyes di stadion itu setelah 18 kali coba, angkat Everton ke peringkat 11 dengan 18 poin—di atas tetangga Liverpool berkat selisih gol—sementara Manchester United turun ke posisi 10. Bukan soal jumlah pemain, tapi hati juang dan disiplin yang bikin Toffees pulang bahagia, pecahkan rekor panjang: hanya kemenangan kedua di Old Trafford dalam 33 kunjungan sejak 1992. INFO CASINO
Insiden Kartu Merah yang Ubah Segalanya: Everton: Tidak Unggul Pemain, Tapi Masih Kalahkan MU!
Laga dimulai intens, tapi plot twist datang cepat. Di menit ke-13, argumen panas antar pemain Everton memuncak saat Gueye tampar wajah Keane usai serangan tuan rumah gagal. Wasit Tony Harrington tak ragu beri kartu merah langsung, dan Gueye harus ditahan rekan-rekannya sebelum turun ke terowongan. Ini momen gila: Gueye diganti Tim Iroegbunam, tapi alih-alih runtuh, tim Moyes justru naikkan gigi. “Ini beri kami backs-to-the-wall mentality,” kata Moyes pasca-laga. Everton, yang awalnya dominasi awal laga, ubah strategi jadi bertahan rapat dengan formasi 4-4-1, manfaatkan serangan balik sporadis. Manchester United, unggul 77 menit, tampak kikuk—penguasaan bola tinggi tapi peluang minim, seperti sundulan Joshua Zirkzee yang digagalkan Jordan Pickford. Insiden ini bukan akhir, tapi katalisator: Everton catatkan dua kemenangan beruntun, tunjukkan ketangguhan meski outnumbered.
Gol Brilian Dewsbury-Hall yang Jadi Kunci: Everton: Tidak Unggul Pemain, Tapi Masih Kalahkan MU!
Dewsbury-Hall jadi pahlawan malam itu, cetak gol masterpiece dari 25 meter. Menerima umpan Jack Grealish di menit ke-29, ia lepaskan tendangan melengkung sempurna yang bersarang di sudut atas gawang—kiper tuan rumah Senne Lammens hanya bisa pandang kosong. Itu gol pertamanya musim ini, lahir dari tekanan berkelanjutan meski situasi sulit. “Momen impian, balas dendam atas masa pinjam di skuad lawan,” ujarnya. Sebelum gol, Dewsbury-Hall kontribusi dua key pass, dan pasca-skoring, ia mundur bantu bertahan: menang 7 dari 9 duel udara, blok dua tembakan. Everton, dengan penguasaan bola cuma 32 persen, ciptakan xG 0.9—lebih efisien daripada tuan rumah 1.8 tapi nol gol. Ini soroti keunggulan kualitas atas kuantitas: satu momen tajam cukup kalahkan dominasi panjang, terutama saat Manchester United mandul di open play.
Pertahanan Heroik: Pickford dan Lini Belakang yang Rapat
Everton bertahan seperti singa, dengan Jordan Pickford sebagai benteng utama—10 penyelamatan krusial, termasuk blok voli Matthijs de Ligt dan tendangan Bruno Fernandes di menit ke-78. Dinobatkan MOTM di hadapan pelatih timnas Inggris Thomas Tuchel, Pickford catatkan akurasi umpan 85 persen, pimpin organisasi belakang. James Tarkowski dan Michael Keane (korban tamparan, wajah memar) jadi dinding: Tarkowski blok tiga tembakan, Keane menang 12 duel. Grealish dari flank kiri ciptakan tiga peluang dan foul strategis, sementara James Garner stabilkan midfield dengan 92 persen akurasi umpan. Meski 10 orang, mereka menang 55 persen duel udara dan blok 12 tembakan—performa defensif terbaik musim ini. Moyes puji: “Mereka bertarung untuk fans setia.” Ini bukti: tanpa unggul pemain, disiplin kolektif bisa tahan tekanan raksasa, clean sheet pertama Everton di Old Trafford sejak 2013.
Dampak Kemenangan bagi Posisi dan Moral
Hasil ini ubah narasi musim Everton: dari mid-table struggle jadi tim naik daun, setara poin tuan rumah tapi selisih gol lebih baik. Dua kemenangan beruntun angkat moral, terutama pasca-kalah dari Manchester City. Moyes, yang akhiri kutukan Old Trafford, rencana manfaatkan momentum lawan Newcastle akhir pekan. Bagi skuad, ini suntikan kepercayaan—cedera Jarrad Branthwaite dan Nathan Patterson tak henti mereka, dengan Seamus Coleman capai rekor 10 penampilan terbanyak klub dari bangku cadangan. Suporter Everton trending sorak di akhir, kontras desahan tuan rumah yang tiup peluit. Secara liga, ini garisbawahi sifat tak terduga: Everton kini di atas Liverpool, pertama sejak 2021. Dampak jangka panjang? Lebih dari tiga poin—bukti ketangguhan bisa kalahkan nama besar.
Kesimpulan
Everton bukti tak butuh unggul pemain untuk kalahkan Manchester United: dari blunder Gueye jadi motivasi, gol Dewsbury-Hall jadi senjata, dan pertahanan heroik jadi perisai. Kemenangan 1-0 ini cerita klasik Liga Utama—hati juang kalahkan statistik. Bagi Toffees, ini momentum baru di bawah Moyes; bagi Setan Merah, alarm untuk tajamkan serangan. Sepak bola adiktif karena momen seperti ini: 10 orang tapi satu hati. Everton pulang tegak, siap lanjutkan perjuangan.
