Wasit Laga Timnas Indonesia vs Arab Saudi Dapat Penghargaan. Dalam dunia sepak bola yang penuh drama, pertandingan Timnas Indonesia kontra Arab Saudi di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia baru saja menorehkan cerita baru. Laga sengit di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, pada 9 Oktober 2025 dini hari WIB, berakhir dengan skor tipis 3-2 untuk kemenangan tuan rumah. Namun, sorotan utama bukan pada gol-gol spektakuler atau perjuangan gigih skuad Garuda, melainkan pada sosok wasit Ahmad Al-Ali dari Kuwait. Meski sempat diragukan PSSI sebelum kick-off, Al-Ali justru menuai pujian luas atas penampilan profesionalnya. Penghargaan ini datang dari pelatih Timnas Indonesia Patrick Kluivert, yang secara terbuka memuji kepemimpinan wasit berusia 41 tahun itu. “Saya malah puji wasit Kuwait yang pimpin laga ini,” ujar Kluivert pasca-pertandingan, menegaskan bagaimana Al-Ali berhasil menjaga netralitas di tengah tensi tinggi. Kisah ini mengingatkan kita bahwa sepak bola tak hanya soal kemenangan, tapi juga soal keadilan di lapangan hijau. BERITA TERKINI
Profil dan Rekam Jejak Ahmad Al-Ali: Wasit Laga Timnas Indonesia vs Arab Saudi Dapat Penghargaan
Ahmad Al-Ali bukan nama asing di panggung internasional, terutama di kawasan Asia. Lahir di Kuwait, ia telah menjadi wasit elite AFC sejak awal 2010-an, dengan pengalaman memimpin lebih dari 56 pertandingan level tinggi. Data mencatat, Al-Ali dikenal tegas: ia mengeluarkan 188 kartu kuning dan 9 kartu merah dalam karirnya, rata-rata lebih dari dua kartu per laga. Gaya ini membuatnya sering diandalkan untuk duel-duel panas, seperti empat partai di Piala Asia 2023. Ia juga pernah memimpin Timnas Jepang vs Arab Saudi yang berakhir imbang 0-0 pada Maret 2025.
Bagi Timnas Indonesia, Al-Ali bukan wajah baru. Pada 7 Juni 2021, ia mengawal laga Garuda lawan Vietnam di Kualifikasi Piala Dunia 2022, yang berakhir tragis 0-4. Saat itu, ia tetap konsisten dengan aturan, meski Indonesia kalah telak. Penunjukan Al-Ali untuk laga melawan Arab Saudi sempat memicu kontroversi. PSSI mengajukan protes ke AFC, khawatir afiliasi regional Kuwait-Arab Saudi bisa memengaruhi netralitas. FIFA dan AFC menolaknya tegas, menyatakan bahwa wasit elite seperti Al-Ali terlatih tanpa bias. Pengawas laga dari Uzbekistan, Vladislav Tseytlin, juga menjamin proses seleksi adil. Al-Ali dibantu empat rekan sesama Kuwait: asisten wasit khas, keempat wasit, dan cadangan. Fakta ini menunjukkan betapa AFC percaya pada kemampuannya menangani tekanan.
Keputusan Kontroversial yang Berujung Penghargaan: Wasit Laga Timnas Indonesia vs Arab Saudi Dapat Penghargaan
Laga Indonesia vs Arab Saudi berlangsung intens sejak menit awal, dan Al-Ali langsung diuji. Gol pembuka Indonesia lahir dari penalti di menit ke-11, setelah VAR mendeteksi tangan Hassan Al-Tambakti menyentuh bola. Al-Ali tak ragu menunjuk titik putih, yang dikonversi apik oleh Kevin Diks. Keputusan ini krusial, karena memberi keunggulan tamu di markas lawan kuat. Arab Saudi membalas lewat Saleh Abu Al-Shamat di menit 17, lalu Feras Al-Brikan menyamakan kedudukan via penalti pada menit 36—lagi-lagi Al-Ali tegas setelah ulasan VAR.
Kontroversi muncul di babak kedua. Al-Brikan mencetak gol ketiga Saudi di menit 62, membuat skor 3-1. Indonesia bangkit dengan penalti kedua Diks di menit 88, tapi waktu tersisa tak cukup. Puncaknya, di injury time menit 90+3, Al-Ali mengusir Mohamed Kanno dengan kartu merah kedua karena protes berlebih. Keputusan ini memicu reaksi panas dari bench Saudi, tapi Al-Ali tetap tenang, menjaga alur permainan tanpa membiarkan emosi merusak. Penggunaan VAR empat kali—semua akurat—menjadi bukti ketajamannya. Kluivert, yang awalnya khawatir, justru memuji: “Wasit ini adil, bahkan lebih baik dari ekspektasi.” Pujian serupa datang dari analis AFC, yang menyebut Al-Ali sebagai “penjaga keseimbangan” di laga berpotensi chaos. Meski Indonesia kalah, kepemimpinannya mencegah eskalasi, seperti kartu massal yang sering terjadi di duel Timur Tengah-ASEAN.
Dampak Penghargaan bagi Timnas Indonesia dan Sepak Bola Asia
Penghargaan buat Al-Ali tak hanya personal, tapi berdampak luas bagi Timnas Indonesia. Kekalahan 2-3 ini menempatkan Garuda di juru kunci Grup B, tapi perjuangan gigih—termasuk pujian Kluivert untuk Maarten Paes dan Ole Romeny—memberi modal moral jelang lawan Irak pada 12 Oktober 2025. Kluivert menekankan, “Kita kalah, tapi wasit adil membuat kami belajar tanpa rasa curang.” Ini kontras dengan trauma masa lalu, di mana keputusan wasit sering jadi alasan kekalahan. PSSI kini bisa fokus strategi, bukan protes, memperkuat citra sepak bola Indonesia yang progresif.
Di level Asia, kisah ini jadi pelajaran. Al-Ali, yang sering pimpin laga Saudi sebelumnya, membuktikan wasit regional bisa netral. AFC bisa gunakan ini untuk kurangi tudingan bias di turnamen mendatang, seperti Piala Asia 2027. Suporter Indonesia, yang sempat “geruduk” profil Al-Ali di media sosial, kini beralih apresiasi. Ini mendorong diskusi sehat soal VAR dan pelatihan wasit, membuat kompetisi lebih kompetitif. Bagi Garuda, yang masih punya jalur runner-up ke Ronde 5, keadilan lapangan seperti ini jadi penyemangat. Kluivert bilang, “Dengan wasit seperti ini, kita bisa bangkit lawan Irak.”
Kesimpulan
Penghargaan untuk Ahmad Al-Ali atas kepemimpinan laga Timnas Indonesia vs Arab Saudi adalah pengingat manis di tengah pilu kekalahan. Dari profil tegasnya hingga keputusan VAR yang presisi, ia tak hanya menjaga aturan, tapi juga esensi fair play. Bagi Indonesia, ini jadi titik balik: kalah tipis tapi bangga, siap gasak Irak demi mimpi Piala Dunia. Sepak bola Asia maju saat wasit seperti Al-Ali dihormati, karena di balik gol dan kartu, yang terpenting adalah kepercayaan. Garuda terbang lagi, dengan sayap keadilan yang lebih kuat.