Granit Xhaka Jadi Pembelian Terbaik Premier League Musim Ini. Pekan ke-12 Premier League musim 2025-26 menyaksikan Granit Xhaka semakin menancapkan kukunya sebagai pembelian paling cerdas musim ini. Pindah dari Bayer Leverkusen ke Sunderland seharga 17 juta poundsterling di jendela transfer musim panas, gelandang Swiss berusia 33 tahun ini langsung jadi tulang punggung tim Black Cats yang baru promosi. Dengan satu gol dan tiga assist dari 10 laga, plus pengaruh tak terukur di lapangan, Xhaka bikin Sunderland naik ke posisi kesembilan klasemen—jauh dari zona degradasi yang dikhawatirkan. Banyak pengamat sepakat: dia bukan sekadar pemain, tapi katalisator perubahan. Di tengah banjir rekrutmen mewah dari klub-klub besar, kenapa Xhaka unggul? Kita bedah kontribusinya yang bikin rival iri. INFO SLOT
Adaptasi Cepat dan Performa Lapangan yang Dominan: Granit Xhaka Jadi Pembelian Terbaik Premier League Musim Ini
Xhaka tiba di Stadium of Light dengan beban ekspektasi tinggi, tapi dia langsung nyetel seperti sudah bertahun-tahun di sana. Debutnya di pramusim lawan tim Spanyol langsung tunjukkan kelas: passing akurat 92 persen, intersepsi tiga kali, dan hampir cetak gol dari tendangan bebas. Musim reguler, dia main penuh di sembilan dari 10 laga, rata-rata 85 menit per pertandingan. Gol pertamanya lahir di imbang 1-1 kontra tim papan tengah akhir pekan lalu—tendangan keras dari 25 meter yang tak tertahankan kiper lawan.
Statistiknya gila: 159 bola direbut kembali, 45 tekel sukses, dan passing progresif 78 persen—tertinggi di lini tengah Premier League. Di laga tandang ke markas tim kuat, dia ciptakan dua assist krusial yang bantu Sunderland curi poin. Pelatih Sunderland puji Xhaka sebagai “midfield general” yang ubah cara tim bertahan, dari pressing tinggi hingga distribusi bola cepat. Ini kontras dengan musim lalu di Jerman, di mana dia lebih fokus kreativitas; kini, di Inggris, dia adaptasi jadi anchor yang solid, bikin lini depan tim lebih leluasa. Adaptasi ini bukti Xhaka tak kehilangan nafas meski usia tak lagi muda—malah tambah bijak.
Leadership yang Bangun Mental Tim Baru Promosi: Granit Xhaka Jadi Pembelian Terbaik Premier League Musim Ini
Lebih dari angka, Xhaka bawa aura kapten yang langka. Sebagai wakil kapten Swiss di level internasional, dia langsung ambil peran mentor di ruang ganti Sunderland. Rekan setimnya, gelandang Prancis Enzo Le Fée, bilang Xhaka adalah “kapten terbaik yang pernah saya punya”—puji komunikasi di lapangan yang bikin tim kompak. Di laga-laga sulit, seperti kemenangan tipis 2-1 atas tim papan atas, Xhaka yang paling vokal dorong rekan saat tertinggal, hasilnya comeback di menit akhir.
Ini krusial buat Sunderland yang musim lalu struggle di Championship. Xhaka tak cuma main, tapi ajar pola: disiplin taktik, rotasi posisi, dan jaga intensitas 90 menit. Kartu kuningnya cuma satu musim ini—dulu sering panas di Arsenal—tunjukkan kematangan. Pengaruhnya terasa di tim: clean sheet naik 40 persen saat dia starter, dan poin dari imbang lawan besar. Bagi klub kecil, rekrut veteran seperti Xhaka berisiko, tapi dia balas dengan mental juara, bikin skuad muda percaya diri hadapi raksasa. Ini yang bikin dia beda—bukan bintang solo, tapi pemimpin yang angkat seluruh tim.
Perbandingan dengan Rekrutmen Lain: Nilai Uang yang Tak Tertandingi
Di musim panas 2025, Premier League ramai dengan transfer bombastis: striker Prancis ke tim Merseyside seharga 125 juta, gelandang Bayern ke Spurs pinjam dengan opsi beli, atau wonderkid Brasil ke Chelsea. Tapi, Xhaka unggul dalam rasio dampak-harga. Sunderland keluar 17 juta untuk dia, tapi returnnya luar biasa: tim naik delapan posisi klasemen, unggul selisih gol plus 5. Bandingkan dengan rekrutmen mahal lain yang masih adaptasi—seperti bek Prancis di Manchester City yang cedera awal, atau winger Crystal Palace yang minim kontribusi.
Analisis data tunjukkan Xhaka top lima lini tengah liga dalam duel menang (65 persen) dan key pass (2,1 per laga). Dia saingi nama besar seperti gelandang Arsenal atau City, tapi dengan biaya seperempatnya. Pengamat bilang ini “steal of the century”—klub besar lewatkan kesempatan karena anggap dia “terlalu tua”, padahal pengalaman Piala Dunia dan gelar Bundesliga bikin dia siap tempur. Sunderland tak cuma beli pemain, tapi investasi stabilitas; sementara rival boros, Black Cats untung besar. Ini pelajaran: kualitas leadership sering lebih berharga daripada hype.
Kesimpulan
Granit Xhaka memang pembelian terbaik Premier League musim 2025-26—dari adaptasi kilat, leadership inspiratif, hingga nilai uang tak tergoyahkan. Di Sunderland, dia tak sekadar main, tapi ubah nasib tim promosi jadi ancaman serius, dengan satu gol, tiga assist, dan stats defensif elite. Saat klub besar sibuk kejar bintang muda, Xhaka buktikan veteran bijak bisa dominasi. Musim masih panjang, tapi tren ini bilang: Black Cats aman, dan Xhaka mungkin capai milestone pribadi seperti assist terbanyak lini tengah. Bagi penggemar, ini cerita manis—pindah murah jadi legenda instan. Premier League butuh lebih banyak Xhaka: bukti sepak bola soal kecerdasan, bukan cuma uang.
