thiago-motta-masih-digaji-oleh-juventus-meskipun-sudah-dipecat

Thiago Motta Masih Digaji Oleh Juventus Meskipun Sudah Dipecat

Thiago Motta Masih Digaji Oleh Juventus Meskipun Sudah Dipecat. Pada akhir pekan yang penuh gejolak di Turin, Juventus kembali disorot bukan karena hasil lapangan, melainkan urusan dompet. Thiago Motta, pelatih yang dipecat pada Maret 2025 setelah kurang dari satu musim menangani tim, masih menerima gaji penuh dari klub hingga kontraknya berakhir pada 2027. Dengan biaya pemecatan mencapai 15 juta euro untuk Motta dan stafnya, ditambah tagihan serupa untuk Igor Tudor yang baru saja dirumahkan pada Oktober, total beban finansial Bianconeri mendekati 30 juta euro. Di tengah tekanan Financial Fair Play dan start musim 2025/26 yang mepet, keputusan ini jadi pengingat pahit: di sepak bola modern, memecat pelatih tak selalu selesai dengan satu surat pemberhentian. Saat Juventus berjuang naik peringkat Serie A, cerita Motta ini ungkap sisi gelap manajemen yang boros. BERITA BOLA

Latar Belakang Pemecatan yang Cepat: Thiago Motta Masih Digaji Oleh Juventus Meskipun Sudah Dipecat

Thiago Motta tiba di Juventus pada musim panas 2024 dengan janji revolusi taktis. Mantan gelandang sukses di Paris dan Bologna ini teken kontrak tiga tahun senilai 3,5 juta euro per musim, lengkap dengan bonus performa yang ambisius. Awalnya, harapan tinggi: ia bawa gaya pressing tinggi dan rotasi skuad yang segar, bantu tim finis keenam di Serie A musim debutnya. Tapi, retak mulai terlihat sejak Januari 2025. Kekalahan beruntun dari tim papan tengah seperti Monza dan Sassuolo picu kritik pedas dari fans dan direksi, yang anggap pendekatan Motta terlalu idealis untuk skuad penuh cedera.

Puncaknya datang pada Maret: setelah kalah 0-2 dari Inter di derby Italia, direksi putuskan pecat Motta. Penggantinya, Igor Tudor, cuma bertahan enam bulan sebelum ikut dirumahkan pada akhir Oktober karena hasil buruk lagi—termasuk tiga kekalahan dari lima laga. Motta, yang saat itu baru 42 tahun, langsung jadi buruan klub lain, tapi ia tolak tawaran dari tim Spanyol karena fokus istirahat. Pemecatan ini bukan sekadar ganti pelatih; ia soroti pola Juventus yang gelisah, di mana kesabaran manajemen lebih tipis dari kertas kontrak. Fans di forum online ramai sebut ini “siklus gila”, di mana pelatih baru datang dengan visi besar tapi pergi dengan tagihan mahal.

Detail Kontrak dan Beban Kompensasi: Thiago Motta Masih Digaji Oleh Juventus Meskipun Sudah Dipecat

Kontrak Motta dirancang ketat: klausul pemecatan wajib bayar gaji penuh hingga akhir masa jabatan, tanpa potong signifikan. Itu berarti Juventus keluarkan 3,5 juta euro tahunan untuk Motta pribadi, plus sekitar 11,5 juta euro untuk staf pelatihnya—total 15 juta euro yang harus dibayar sekaligus atau cicil hingga 2027. Menurut hitungan internal, ini termasuk bonus tak terpakai dan kompensasi moral, meski Motta tak tuntut lebih karena hubungan baik saat pergi.

Situasi mirip Tudor, yang kontraknya habis Juni 2026, tapi pemecatannya tambah beban 14 juta euro. Gabungan ini bikin Juventus harus jual aset pemain untuk seimbangkan buku, seperti rencana lepas gelandang cadangan pada Januari. Di Serie A, aturan finansial ketat bikin klub tak bisa sembarangan; Juventus sudah di ambang batas, dengan utang renovasi stadion yang masih menggerogoti. Motta sendiri tak komentar banyak, tapi sumber dekat bilang ia gunakan waktu luang untuk studi taktik di Brasil, sambil nikmati gaji tanpa tekanan bench. Ini klasik sepak bola Italia: pelatih dipecat, tapi dompet klub yang kena getahnya, dan Motta jadi contoh sempurna bagaimana kontrak panjang bisa jadi pedang bermata dua.

Dampak Finansial Jangka Panjang bagi Juventus

Beban gaji Motta dan Tudor tak cuma angka di kertas; ia ganggu rencana transfer musim dingin. Juventus, yang saat ini peringkat keempat dengan 19 poin dari 12 laga, butuh tambahan bek tengah tapi dana terbatas karena tagihan ini. Direksi Cristiano Giuntoli akui di rapat internal bahwa “kami bayar masa lalu untuk bangun masa depan”, tapi itu tak redakan kritik dari penggemar yang tuntut transparansi. Bandingkan dengan rival seperti Inter, yang hemat biaya dengan perpanjangan pelatih jangka panjang—Juventus malah keluar 30 juta euro untuk dua pemecatan dalam setahun.

Lebih luas, ini soroti masalah struktural di klub: kurangnya scouting pelatih yang cocok dengan skuad. Motta bawa ide segar, tapi tanpa dukungan penuh dari direksi, visi itu ambruk. Kini, dengan pelatih sementara yang dipromosikan dari akademi, Juventus harap stabilkan performa sebelum akhir tahun. Bagi Motta, situasi ini beri ruang bernapas: ia tolak tawaran klub Turki dan Prancis, pilih tunggu peluang Premier League musim depan. Sementara itu, fans Juventus khawatir tagihan ini bikin klub lemah di pasar transfer, di mana rival sudah incar target seperti kiper muda dari Portugal.

Kesimpulan

Kisah Thiago Motta yang masih digaji Juventus meski sudah dipecat jadi metafor sempurna untuk kekacauan manajemen di Turin pada November 2025. Dengan biaya 15 juta euro yang menggerogoti anggaran, ditambah tagihan Tudor, klub ini hadapi pilihan sulit: potong skuad atau pinjam dana. Ini bukan akhir karir Motta—ia tetap aset berharga dengan gaji aman hingga 2027—tapi pelajaran bagi Juventus untuk lebih bijak pilih pelatih. Saat Serie A memasuki fase krusial, Bianconeri harus ubah pola: dari pemecatan impulsif ke kesabaran strategis. Bagi penggemar, ini saatnya harap: tagihan masa lalu jangan halangi trofi masa depan. Juventus kuat, tapi tanpa reformasi, cerita seperti Motta akan berulang—dan dompet takkan suka itu.

 

BACA SELENGKAPNYA DI..

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *