Kericuhan di Dunia Sepak Bola. Sepak bola banyak dikenal oleh orang sebagai tempat untuk menyatukan berbagai bangsa dan negara. Dari tempat di perdesaan hingga perkotaan, sepak bola banyak menyatukan orang dari berbagai kalangan. Tetapi terdapat sisi gelap dari fanatisme tersebut, yaitu, kericuhan supporter. Saat banyak orang yang emosinya meluap dan loyalitas mereka berubah menjadi agresif, makna dari sepak bola yaitu untuk menyatukan orang bisa hilang sebagai hiburan dan menjadi ajang kekerasan.
Fanatisme Yang Kelewatan
Setiap klub bola, memiliki jumlah pendukung yang banyak. Dukungan adalah bagian dari budaya sepak bola. Tetapi jika sudah berbicara tentang rivalitas di sepak bola, semuanya dapat memanas dan dapat dipancing oleh provokasi, rasa cinta kepada sepak bola yang harusnya menjadi semangat yang positif dapat berubah menjadi bencana yang menghancurkan makna dari sepak bola.
Contohnya adalah rivalitas antara klub-klub seperti River plate melawan Boca Juniors di Argentina, atau Galatasaray vs Fenerbahce di Turki, mereka sudah lama dikenal bukan hanya karena kualitas permainan mereka, tetapi juga karena tensi yang tinggi antarpendukung. Tidak jarang saat pertandingan tersebut diakhiri dengan kericuhan baik didalam stadion sepak bola maupun diluar stadion sepak bola.
Tragedi Kericuhan Sepak Bola Yang Tercatat Dalam Dunia Sepak Bola
Beberapa insiden kericuhan sepak bola banyakmencatat sejarah yang kelam, di tahun 1985, lebih tepatnya di final Liga Champions yang mempertemukan tim Juventus dan Liverpool, di Belgia, Stadion Heysel. Tragedi tersebut mengkorbankan 39 orang tewas, dan banyak ratusan orang yang terluka akibat kerusuhan yang dibuat oleh 2 kelompok supporter. Insiden ini yang menjadi titik balik dalam pengamanan setiap pertandingan di Eropa.
Tidak hanya di Eropa, tetapi di Indonesia sendiri, dunia sepak bola sempat untuk turut berduka cita karena kerusuhan yang dibuat oleh Supporter. Rivalitas yang diakibatkan karena pertandingan Persija Jakarta dan Persib Bandung membuat orang menjadi ribut, baik secara verbal maupun fisik. Di tahun 2018, seorang bocah tewas dkibat dikeroyok sebelum laga bergulir. Kejadian ini membuat banyak pertanyaan tentang “Sampai Kapan Sepak Bola di Indonesia Akan Terus Dibayangi Oleh Kekerasan?”.
Faktor Penyebab Kericuhan: Kericuhan di Dunia Sepak Bola
Kericuhan yang disebabkan oleh Supporter tak selalu murni datang dari pertandingan sepak bola. Terkadang juga ada konflik sosial yang melibatkan politik yang menyusup kedalam stadion. Ultras, sekelompok pendukung garis keras, bahkan di beberapa negara punya agendanya sendiri yang jauh dari sekedar mendukung tim tersebut.
Media sosial juga menjadi salah satu pemicu kerusuhan yang baru. Provokasi dari antarpendukung semakin mudah tersebar dan viral, mereka dapat memanaskan suasana bahkan sebelum pertandingan dimulai. Lelucon, ejekan, dan kata-kata yang digunakan untuk membenci tersebar sangat luas dan menciptakan emosi yang sulit untuk diredam.
Sepak Bola Seharusnya Menjadi Tempat Yang Aman
Sepak bola merupakan ekspresi yang memberikan tentang kegembiraan,solidaritas, dan identitas. Tetapi jika klub sepak bola masih sering menyerang satu sama lain, identitas dari stadion kehilangan fungsinya sebagai tempat yang aman. Anak-anak yang mencintai sepak bola akan takut untuk memasuki stadion, banyak keluarga yang cinta kepada sepak bola menjadi takut untuk datang ke stadion, dan citra dari klub tersebut tercoreng.
Untuk mengembalikan sepak bola menjadi permainan yang digunakan untuk menyatukan banyak orang memerlukan banyak kerja sama orang dari berbagai pihak. Dimulai dari federasi sepak bola hingga pendukung itu sendiri. Semuanya harusa berkomitmen bahwa rivalitas yang diciptakan tidak boleh diakhiri oleh kekerasan. Kita harus bisa mendukung tim sendiri tanpa menjatuhkan pihak atau klub lain.