mu-dipermalukan-oleh-grimsby-apakah-era-amorim-berakhir

MU Dipermalukan Oleh Grimsby, Apakah Era Amorim Berakhir?

MU Dipermalukan Oleh Grimsby, Apakah Era Amorim Berakhir?. Manchester United mengalami salah satu malam paling memalukan dalam sejarah klub setelah tersingkir dari Piala Carabao oleh Grimsby Town, tim kasta keempat Liga Inggris, pada Kamis, 28 Agustus 2025. Kekalahan melalui adu penalti 12-11 setelah bermain imbang 2-2 di waktu normal membuat fans Setan Merah geram dan mempertanyakan masa depan pelatih Ruben Amorim. Kekalahan ini menambah daftar panjang hasil buruk United di awal musim 2025/2026, dengan belum meraih kemenangan di dua laga pembuka Premier League. Sorotan kini tertuju pada kepemimpinan Amorim, yang baru menangani tim sejak November 2024. Artikel ini akan mengulas penyebab kekalahan United dari Grimsby, apakah ini kesalahan pemain atau pelatih, dan mengapa banyak pihak mulai menyerukan akhir era Amorim. BERITA VOLI

Apa yang Membuat MU Bisa Kalah dari Grimsby

Kekalahan Manchester United dari Grimsby Town di Blundell Park bukan sekadar hasil mengejutkan, tetapi juga cerminan dari masalah besar dalam performa tim. United memulai laga dengan buruk, tertinggal 2-0 di babak pertama melalui gol Charles Vernam dan Tyrell Warren. Rotasi besar-besaran yang dilakukan Amorim, dengan mengganti delapan pemain inti dari laga sebelumnya melawan Fulham, membuat tim kehilangan ritme. Lini belakang yang diisi Tyler Fredricson, Harry Maguire, dan Ayden Heaven tampil rapuh, dengan Fredricson kerap kehilangan posisi. Andre Onana juga menjadi sorotan setelah blunder pada gol kedua Grimsby, gagal mengantisipasi bola udara. Meski United mampu bangkit lewat gol Bryan Mbeumo dan Harry Maguire, kegagalan Matheus Cunha dan Mbeumo di adu penalti mengakhiri harapan mereka. Grimsby, dengan semangat juang dan organisasi permainan yang lebih baik, memanfaatkan setiap kesalahan United, menunjukkan bahwa perbedaan kasta tidak relevan jika tim besar tidak tampil serius.

Apakah Ini Merupakan Kesalahan Pemain atau Pelatih

Pertanyaan besar usai kekalahan ini adalah siapa yang harus disalahkan: pemain atau pelatih? Dari sisi pemain, performa di bawah standar terlihat jelas. Andre Onana kembali membuat kesalahan fatal, sementara lini tengah yang diisi Kobbie Mainoo dan Manuel Ugarte gagal mengontrol permainan. Diogo Dalot dan Tyler Fredricson juga tampil buruk di lini belakang, sedangkan Benjamin Sesko menyia-nyiakan peluang emas. Namun, keputusan taktis Amorim juga menuai kritik. Rotasi delapan pemain dianggap meremehkan Grimsby, terutama karena United tidak bermain di kompetisi Eropa musim ini, sehingga tidak ada alasan untuk mengistirahatkan pemain kunci. Formasi 3-4-2-1 yang menjadi andalan Amorim terlihat kaku, dengan pressing yang tidak efektif dan celah besar di pertahanan. Mantan bek United, Phil Jones, bahkan menyebut penggunaan lima bek melawan tim kasta keempat sebagai keputusan yang berlebihan. Kombinasi kesalahan individu pemain dan strategi pelatih yang kurang tepat membuat kekalahan ini menjadi tanggung jawab bersama, meski sorotan lebih tajam tertuju pada Amorim karena ia gagal membawa perubahan signifikan sejak menggantikan Erik ten Hag.

Kenapa Kekalahan Ini Banyak Yang Mendukung Era Ruben Amorim Berakhir

Kekalahan dari Grimsby menjadi puncak kekecewaan fans terhadap Ruben Amorim, yang awalnya dianggap sebagai penyelamat United dengan gaya permainan atraktifnya di Sporting Lisbon. Statistiknya di United sangat mencemaskan: dari 45 laga sejak November 2024, ia hanya meraih 17 kemenangan dan menelan 19 kekalahan, rasio terburuk di era pasca-Sir Alex Ferguson. Kekalahan ini juga menandai pertama kalinya United tersingkir oleh tim divisi keempat di Piala Carabao, mengingatkan pada kekalahan memalukan dari MK Dons pada 2014. Wawancara Amorim usai laga, di mana ia menyebut Grimsby sebagai “tim terbaik di lapangan,” memicu spekulasi bahwa ia kehilangan kendali atas ruang ganti. Fans di media sosial mulai menggunakan tagar #AmorimOut, menudingnya terlalu keras kepala dengan formasi 3-4-2-1 yang tidak cocok dengan skuad United. Meski manajemen telah menggelontorkan lebih dari 200 juta pound untuk mendatangkan pemain seperti Mbeumo, Cunha, dan Sesko, hasil di lapangan tidak kunjung membaik. Dengan United finis di posisi ke-15 musim lalu dan tanpa kemenangan di awal musim ini, tekanan untuk memecat Amorim semakin besar, meskipun kontraknya masih berlaku hingga 2027.

Kesimpulan: MU Dipermalukan Oleh Grimsby, Apakah Era Amorim Berakhir?

Kekalahan Manchester United dari Grimsby Town di Piala Carabao menjadi noda besar dalam sejarah klub dan memperburuk posisi Ruben Amorim di Old Trafford. Rotasi berlebihan, blunder pemain seperti Onana, dan kegagalan di adu penalti menunjukkan masalah mendalam dalam organisasi tim. Baik pemain maupun pelatih berbagi tanggung jawab atas hasil memalukan ini, dengan Amorim dikritik karena strategi yang kaku dan kurang fleksibel. Reaksi keras fans dan statistik buruk Amorim memicu desakan agar era kepelatihannya segera diakhiri, terutama karena United belum menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Dengan laga krusial melawan Burnley di Premier League menanti akhir pekan ini, Amorim harus segera memberikan jawaban di lapangan untuk meredam tekanan. Jika tidak, kekalahan dari Grimsby bisa menjadi titik awal akhir perjalanannya di United, meninggalkan pertanyaan besar tentang arah klub di masa depan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *