penyebab-gol-virgil-van-dijk-saat-lawan-man-city-tidak-sah

Penyebab Gol Virgil van Dijk Saat Lawan Man City Tidak Sah

Penyebab Gol Virgil van Dijk Saat Lawan Man City Tidak Sah. Kontroversi kembali melanda Premier League setelah gol potensial Virgil van Dijk dibatalkan dalam laga sengit Liverpool kontra Manchester City pada akhir pekan lalu, 9 November 2025. Di Etihad Stadium, The Reds kalah 3-0, tapi momen krusial terjadi di menit ke-25 saat Van Dijk menyundul bola masuk ke gawang Ederson—hanya untuk dianulir VAR karena offside dari Andy Robertson. Keputusan ini bikin pelatih Arne Slot geram, menyebutnya “kesalahan jelas”, sementara panel ahli liga akhirnya menyatakan gol itu seharusnya sah. Di tengah musim 2025/2026 yang kompetitif, di mana Liverpool bertarung sengit di papan atas, insiden ini jadi sorotan utama. Bukan hanya soal tiga poin hilang, tapi juga perdebatan soal interpretasi aturan offside yang kian rumit di era teknologi. Penggemar The Reds ramai protes, sementara City tetap tenang dengan tambahan poin krusial. Apa sebenarnya penyebab pembatalan ini, dan mengapa jadi perdebatan panjang? BERITA BASKET

Detail Insiden: Header Van Dijk yang Hampir Ubah Jalannya Laga: Penyebab Gol Virgil van Dijk Saat Lawan Man City Tidak Sah

Laga dimulai dengan dominasi City, yang unggul 1-0 lewat gol cepat Erling Haaland di menit ke-12. Liverpool, yang datang dengan form impresif—empat kemenangan beruntun sebelumnya—langsung balas dendam. Dari tendangan sudut Trent Alexander-Arnold, Van Dijk melompat tinggi dan sundul bola ke pojok kanan gawang Ederson. Gol itu seolah menyamakan kedudukan 1-1, dan Anfield Away End langsung bergemuruh. Tapi wasit Michael Oliver langsung dihubungi VAR, dan setelah review panjang hampir tiga menit, keputusan keluar: gol dibatalkan.

Penyebab utama? Andy Robertson, bek kiri Liverpool, dianggap berada dalam posisi offside dan mengganggu Ederson saat kiper Brasil itu mencoba keluar dari situasi sundulan. Gambar semi-otomatis VAR menunjukkan Robertson sekitar 10 cm di depan kiper, dengan lengan terentang yang dianggap “mengganggu proses bermain”. Van Dijk sendiri tak offside, tapi aturan FIFA soal “interfering with the goalkeeper” jadi dasar pembatalan. Jika gol itu sah, momentum Liverpool bisa bergeser, apalagi dengan lini belakang City yang mulai goyah pasca gol Haaland. Statistik menunjukkan Liverpool kuasai 52 persen penguasaan bola di babak pertama, tapi keputusan ini bikin mereka frustrasi dan akhirnya kebobolan dua gol lagi dari Phil Foden dan Jeremy Doku.

Penjelasan VAR: Teknologi yang Bikin Bingung, Bukan Solusi: Penyebab Gol Virgil van Dijk Saat Lawan Man City Tidak Sah

VAR seharusnya jadi penjaga keadilan, tapi kali ini justru picu perdebatan. Audio VAR yang dirilis PGMOL pada 12 November mengungkap dialog panjang antara Oliver dan tim VAR di Stockley Park. “Apakah Robertson mempengaruhi Ederson? Lihat lengan kanannya—itu interferensi,” kata salah satu operator. Mereka bandingkan dengan gol serupa Alexis Mac Allister saat Liverpool lawan Wolves pekan sebelumnya, yang diizinkan karena interferensi dianggap minimal. Bedanya? Di laga Wolves, kiper lawan tak bereaksi sekuat Ederson, yang jelas-jelas dorong Robertson untuk cegah gangguan.

Howard Webb, kepala wasit Premier League, bela keputusan itu di konferensi pers 13 November: “Aturan jelas—jika pemain offside mempengaruhi kiper, gol dibatalkan. Ederson merasa terganggu, dan itu cukup.” Tapi panel Key Match Incidents liga, yang umumnya setuju VAR, kali ini beda pendapat. Laporan mereka pada 14 November bilang: “Robertson tak sengaja ganggu, dan posisinya tak signifikan—gol seharusnya berdiri.” Ini jadi pukulan bagi VAR, yang musim ini sudah kontroversial dengan 15 keputusan diubah panel. Teknologi semi-otomatis offside, yang dipakai sejak 2022, akurat 99 persen soal posisi, tapi interpretasi “interferensi” tetap subjektif. Bagi Liverpool, ini tambah daftar panjang kesalahan VAR musim ini, termasuk penalti hilang lawan Arsenal bulan lalu.

Reaksi Pihak Terkait: Dari Kemarahan Slot hingga Dukungan City

Arne Slot tak tahan setelah laga. “Ini offside yang absurd—Robertson bahkan tak sentuh bola, dan Ederson akting,” katanya di ruang pers, tuntut perubahan aturan. Van Dijk, kapten tenang The Reds, jarang komentar tapi kali ini bilang: “Saya rasakan bola bersih masuk, tapi keputusan begitu. Kami harus adaptasi.” Fans Liverpool ramai di media sosial, dengan hashtag #JusticeForVDijk trending seharian 10 November, tuntut boikot VAR. Bahkan mantan wasit Mark Clattenburg sebut ini “kesalahan VAR terburuk tahun ini”.

Di sisi City, Pep Guardiola santai: “Keputusan wasit adil—kami menang karena main bagus, bukan kontroversi.” Ederson, pusat perdebatan, bilang ia memang rasakan gangguan: “Robertson dorong bahu saya; itu interferensi nyata.” Klub City, yang unggul lima poin di puncak klasemen, lihat ini sebagai poin bonus di laga tandang sulit. Federasi sepak bola Inggris (FA) janji review mendalam, tapi tak janjikan sanksi. Bagi Van Dijk, yang sudah cetak empat gol musim ini, insiden ini tambah motivasi—ia bilang di latihan Senin: “Kami balas di laga berikutnya.” Liverpool, kini posisi ketiga, butuh bangkit lawan Southampton akhir pekan ini untuk jaga peluang juara.

Kesimpulan

Pembatalan gol Virgil van Dijk jadi contoh sempurna betapa rumitnya VAR di sepak bola modern: teknologi canggih bertemu interpretasi manusia yang subjektif. Penyebab utama—offside Robertson yang dianggap ganggu Ederson—dibenarkan wasit tapi ditolak panel liga, picu perdebatan yang tak kunjung usai. Bagi Liverpool, ini hilang peluang samakan skor dan momentum, tapi juga pengingat untuk fokus performa daripada protes. City untung besar, tapi cerita ini ingatkan liga butuh aturan lebih jelas soal interferensi. Di tengah musim panjang, insiden seperti ini bikin sepak bola lebih hidup—penuh drama, tapi juga pelajaran. Liverpool pasti bangkit, dan Van Dijk tetap benteng utama. Pantau saja, karena kontroversi ini bisa ubah cara VAR dipakai musim depan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *