Kepala Mantan Pemain MU Ini Berdarah Saat Lawan Chelsea. Malam di Stamford Bridge berubah jadi mimpi buruk bagi Wout Weghorst, mantan striker Manchester United yang kini bela Ajax Amsterdam. Pada 22 Oktober 2025, dalam laga fase grup Liga Champions, Weghorst cetak gol penalti untuk timnya, tapi nasib sial menimpanya tak lama kemudian. Kepalanya berdarah deras akibat benturan keras, memaksa sang Belanda keluar lapangan di menit ke-65, di tengah kekalahan telak Ajax 1-5 dari Chelsea. Insiden ini langsung viral, ingatkan fans pada masa pinjamannya di Old Trafford dua musim lalu, di mana ia juga sering jadi sorotan karena intensitasnya. Weghorst, yang sempat dianggap penyelamat lini depan United, kini hadapi ujian baru di klub asal Belanda. Cedera ini bukan cuma lukanya; ia simbol perjuangan pejuang lapangan yang tak kenal mundur, meski timnya ambruk di hadapan The Blues. INFO CASINO
Insiden Cedera yang Bikin Stadion Hening: Kepala Mantan Pemain MU Ini Berdarah Saat Lawan Chelsea
Benturan yang bikin kepala Weghorst berdarah datang di babak kedua, saat Ajax sudah tertinggal 1-4. Saat duel udara dengan bek Chelsea, kepala sang striker kena siku tajam—bukan pelanggaran sengaja, tapi cukup bikin darah mengucur deras dari pelipis kanannya. Petugas medis langsung turun tangan, tekan luka dengan kain sementara Weghorst berusaha bertahan, tapi akhirnya diganti Jordan Henderson. Gambar darah merah yang menetes di jersey Ajax langsung jadi headline, picu simpati dari seluruh stadion. Ini bukan pertama kalinya Weghorst alami cedera serupa; dulu di Burnley, ia pernah main sambil berdarah di laga lawan Liverpool, tapi kali ini lebih parah—ia keluar dengan ekspresi kesakitan yang jarang terlihat.
Insiden ini langsung hentikan permainan selama tiga menit, beri jeda bagi Ajax yang sudah kewalahan sejak kartu merah Kenneth Taylor di menit ke-17. Weghorst sendiri tak protes; pasca-laga, via pernyataan klub, ia bilang, “Sepak bola seperti ini—sakit, tapi bagian dari permainan.” Cedera ini tambah daftar panjang masalah Ajax musim ini: tiga kekalahan beruntun di kompetisi Eropa, dengan lini depan yang mandul tanpa kontribusi Weghorst. Bagi fans United, ini nostalgia pahit—mereka ingat bagaimana Weghorst cetak gol krusial di pinjamannya 2022-2023, tapi juga sering dikritik karena gaya bermain kasar. Malam London itu tunjukkan sisi rapuhnya: pejuang tangguh yang rela berdarah demi tim.
Performa Weghorst Sebelum Nasib Sial Menyerang: Kepala Mantan Pemain MU Ini Berdarah Saat Lawan Chelsea
Sebelum cedera, Weghorst tunjukkan kelasnya sebagai ujung tombak Ajax. Di babak pertama, ia jadi pahlawan sementara: menit ke-35, penalti atas foul Tosin Adarabioyo dieksekusi dingin, sundul bola ke pojok kiri lewati Filip Jorgensen—skor jadi 2-1, beri harapan bagi tim tamu. Itu gol keenamnya musim ini di semua kompetisi, bukti adaptasi cepat sejak gabung Ajax Januari lalu. Weghorst tak cuma cetak angka; ia pressing tinggi, rebut bola tiga kali di area lawan, dan ciptakan dua peluang emas dengan postur 197 cm-nya yang bikin bek Chelsea gelisah.
Tapi nasib berbalik cepat. Hanya tujuh menit setelah golnya, Weghorst lakukan tekel ceroboh ke Enzo Fernández di kotak penalti, hadiahkan penalti kedua bagi Chelsea yang dieksekusi Fernández sendiri. Kesalahan itu seperti kutukan: Ajax yang sempat bangkit, kembali tertutup. Statistik babak pertama catat Weghorst punya 75 persen akurasi umpan dan dua dribel sukses, tapi foul fatal itu ubah narasi. Di pinjamannya ke United, ia juga sering hadapi momen seperti ini—gol heroik di Derby Manchester, tapi kartu kuning akibat frustrasi. Performa malam itu ingatkan mengapa ia disebut “pejuang”—intens, tapi kadang kehilangan kendali. Cedera kepala jadi puncak: darah yang mengalir seolah simbol perjuangan sia-sia Ajax, yang kuasai bola cuma 38 persen sepanjang laga.
Dampak Cedera bagi Ajax, Chelsea, dan Karier Weghorst
Kekalahan 1-5 ini pukul telak Ajax, yang kini nol poin di dasar grup dan hadapi krisis identitas. Cedera Weghorst tambah beban: tanpa dia, lini depan mereka kehilangan ancaman udara, dan pelatih Francesco Farioli kini harus rotasi cepat jelang laga liga akhir pekan. Klub Belanda ini sudah rugi besar musim panas—hilang bintang seperti Brobbey—dan insiden ini picu spekulasi transfer Weghorst kembali ke Inggris. Bagi Chelsea, malam itu pesta: lima gol dari penalti dan defleksi, angkat mereka ke puncak grup dengan sembilan poin. Enzo Maresca puji disiplin tim, tapi akui insiden Weghorst bikin permainan lebih lancar. The Blues tak terkalahkan dalam enam laga terakhir, momentum yang bikin Stamford Bridge bergemuruh.
Bagi karier Weghorst, cedera ini ujian ketangguhan. Di usia 32 tahun, ia sudah alami 15 cedera kepala sepanjang karir—rekor yang bikin dokter klub khawatir soal jangka panjang. Tapi riwayatnya tunjukkan ia pemulih cepat: dulu di Wolfsburg, ia kembali main tiga hari setelah benturan serupa. Saat ini, Ajax konfirmasi luka jahitan delapan, tapi tak ada gegar otak—Weghorst diprediksi absen dua pekan. Fans United, yang sempat ragu saat pinjamannya, kini kirim dukungan via media sosial, ingat kontribusi 16 golnya di semua kompetisi. Insiden ini juga angkat isu keselamatan: Liga Champions dorong protokol head injury lebih ketat, mirip aturan Premier League. Bagi Weghorst, ini reminder: sepak bola kasar, tapi semangatnya tak tergoyahkan.
Kesimpulan
Wout Weghorst tak asing dengan darah di kepala—malam melawan Chelsea jadi babak baru dalam kisah pejuangannya. Dari gol penalti heroik hingga keluar lapangan berdarah, mantan United itu tunjukkan nyali yang bikin kagum. Ajax ambruk 1-5, tapi semangat Weghorst tetap menyala, siap kembali lebih kuat. Cedera ini bukan akhir; ia pukulan yang bikin lebih tangguh. Bagi fans sepak bola, ini cerita klasik: luka fisik sembuh, tapi semangat juang abadi. Stamford Bridge mungkin milik Chelsea malam itu, tapi Weghorst curi hati dengan darah dan keringatnya.

